Keberadaan perpustakaan tidak dapat dipisahkan dari peradaban dan budaya umat
manusia. Tinggi rendahnya peradaban dan budaya suatu bangsa dapat dilihat dari
kondisi perpustakaan yang dimiliki. Perpustakaan sebagai sistem pengelolaan
rekaman gagasan, pemikiran,pengelaman, dan pengetahuan umat manusia, mempunyai fungsi
utama melestarikan hasil budaya bangsa umat manusia.Sasaran dari pelaksanaan
fungsi perpustakaan adalah terbentuknya masyarakat yang mempunyai budaya
membaca dan belajar sepanjang hayat.
Di sisi lain,perpustakaan berfungsi untuk mendukung Sistem Pendidikan Nasional
sebagaimana diatur dengan Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional. Perpustakaan merupakan pusat informasi, ilmu pengetahuan, teknologi,
kesenian, dan kebudayaan. Perpustakaan sebagai bagian dari masyarakat ikut
serta membangun masyarakat informasi berbasis teknologi informasi dan
komunikasi.
Perkembangan Ilmu pengetahuan dan teknologi begitu pesatnya,hal ini berimbas
pada perpustakaan.Perpustakaan sebagai wahana mencerdaskan kehidupan
bangsa tak ketinggalan pula berbenah demi memenuhi kebutuhan
masyarakat akan informasi .Demikian pula Perpusda Kabupaten
Gorontalo sebagai lembaga pendukung Gorontalo Gemilang yang mengemban tugas di
bidang perpustakaan dan arsip diharapkan selalu mengikuti perkembangan
informasi yang dibutuhkan masyarakat.
Sesungguhnya investasi paling utama dalam pengembangan layanan prima bukanlah
semata mata peralatan teknologi yang canggih,
melainkan adalah sikap dari pustakawan itu
sendiri. Sikap seseorang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan
layanan di perpustakaan
terutama pustakawan yang bertugaas di bagian layanan.
Layanan prima merupakan upaya maksimal yang
diberikan pustakawan untuk memenuhi kebutuhan
pemustaka sehingga tercapai kepuasan. Hal-hal
yang terkait denganlayanan prima seorang pustakawan harus mempunyai komponen-komponen sebagai berikut:
- Mampu melakukan komunikasi yang baik dengan pemustaka dengan cara: (a).Attending, mampu berkomunikasi dengan kehadiran pemustaka; (b).Listening, mampu mendengar dan menganalisa dengan cepat apa yang dibutuhkan pemustaka; (c). Observing, mampu meneliti pembicaraan; (d). Clarifaying, mampu mengklarifikasi komunikasi yang dianggap kurang tepat; dan (e). Responding, mampu memberi tanggapan
- Mampu berkomunikasi secara verbal dan non verbal
- Mampu bekerja baik secara individu maupun berkelompok
- Mampu berkomunikasi dengan
konsep 3A (attitude=sikap, attention= memberi perhatian,
action=melakukan tindakan dalam komunikasi)
Pustakawan sebagai pengelola sumber informasi dan melakukan jasa informasi perlu dipersiapkan dengan baik agar terwujud sistem perpustakaan yang kompetitif yang akhirnya
bermuara kepada kepuasan pemustaka. Dengan demikian perlu peningkatan kualitas layanan
agar tercapai layanan pirima yang
diidamkan. Untuk mendukung hal tersebut ada
beberapa
faktor yang mempengaruhinya yaitu:-
Faktor Kesadaran, adalah keadaan jiwa dari titik temu berbagai pertimbangan sehingg diperoleh suatu keyakinan
- Faktor Aturan, biasanya memuat hal-hal yang mengikat dan merupakan pedoman kerja aturan memuat tata cara kerja normatif yang harus ditempuh
- Faktor Organisasi, pelayanan lebih ditekankan kepada pengaturan mekanisme kerjanya yang harus menghasilkan layanan yang memadai.
- Faktor Keterampilan dan kemampuan, kualitas layanan sangat dipengaruhi oleh kualitas keterampilan dan kemampuan pustakawan. Aspek mental, kepribadian, dan sikap memberi kontribusi besar pada kemampuan.
- Faktor Sarana layanan, kualitas layanan yang prima harus didukung oleh tersedianya saranan layanan yang memadai. Sarana berfungsi untuk mempermudah pelayanan, kecepatan layanan, keakurasian, dan kejelasan informasi Peningkatan
kualitasl layanan pemustaka
Mengingat peran pustakawan cukup penting maka perlu diberi jalan keluar untuk
pengembangan SDM agar kesan buruk tidak terjadi lagi, untuk itu perlu kiranya peningkatan SDM dengan cara mengikuti seminar-seminar, workshop, pelatihan
Kriteria untuk peningkatan kualitas layanan, maka pustakawan harus dapat memenuhi dimensi-dimensi sebagai berikut:
1) Tangibles (berwujud), ruang dan peralatan harus nyaman dan tertata dengan baik dan pustakawan selalu berpenampilan menarik
2) Realibility (kehandalan), kinerja pustakawan harus handal dan akurat sehingga meminimalisasi kesalahan
3) Responsiveness (daya tanggap), pustakawan harus dapat menjawab pertanyaan pemustaka dalam waktu singkat dan jika tidak ditemukan dapat menunjukkan ke tempat
4) Competence (pengetahuan dan keterampilan), pustakawan harus terlatih dalam memberi layanan kepada pemustaka
5) Access (kemudahan hubungan), suasana perpustakaan harus menyenangkan dan tersedia sarana komunikasi sehingga pelacakan informasi dapat dilakukan dengan cepat
6) Courtesy (perilaku), setiap pustakawan harus bersikap sopan, bersahabat, tanggap, dan ramah kepada pemustaka
7) Communication (komunikasi), pustakawan harus mampu mendengarkan keinginan dan naspirasi pemustaka dan kesediaan menyampaiakan informasi terbaru kepada pemustaka
8) Creadibility (kejujuran), pustakawan harus menjunjung tinggi sifat kejujuranya baik terhadap diri sendiri, sesama pustakawan dan terhadap pemustaka
9) Security (kemanan), Pelayanan perpustakaan harus menjamin keselamatan fisik, kenyamanan, dan keamanan barang-barang yang dianggap rasasia dan berharga
10) Understanding the Costamer (memahami kebutuhan), pustakawan mampu menggali, menidentifikasi, dan memahami kebutuhan pemustaka
Andaikan pustakawan mampu menjabarkan kesepuluh kriteria tersebut maka layanan yang diberikan akan memuaskan pemustaka dan terwujud suatu layanan prima. Akan tetapi
kenyatannya masih banyak dijumpai pustakawan yang bersikap masa bodoh, acuh tak acuh, kurang inisiatif, merasa pekerjaannya tidak cocok dan sebagainya.
PENGGUNAAN TEKNOLOGI INFORMASI DI PERPUSTAKAAN
Teknologi
informasi untuk perpustakaan bukanlah ”monster”
yang harus ditakuti dan dijauhi, tetapi juga bukanlah ”dewa” yang
diagung-agungkan dan dipuja-puja. Pemanfaatan teknologi
informasi di perpustakan memang diperlukan
dalam rangka memberilayanan prima bagi pemustaka, karena untuk mengimbangi kebutuhan pemustaka yang
beragam dan komplek. Kondisi pustakawan Perpusda dalam penguasaan teknologi masih kurang sehingga perlu pelatihan untuk meningkatkan kemampuan dalam penguasaian teknologi. Informasi Karena di era informasi ini penguasaan teknologi informasi sangat penting dan di perlukan.
Teknologi informasi di perpustakaan terutama untuk layanan pemustaka baik melalui
LAN, intranet, dan internet yang mana saat ini sedang berkembang melalui jaringan hotspot
nya. Dengan teknologi informasi diharapkan pustakawan dapat memberikan layanan dengan
cepat, tepat, dan akurat begitu juga bagi pemustakanya. Layanan penelusuran informasi melalui
LAN pemustaka dapat mengakses keberadaan koleksi melalui OPAC (Online Public Access
Catalogue), melalui intranet pemustaka dapat mengakses , dan melalui internet pemustaka dapat mengakses informasi dari segala penjuru.
Perpustakaan kedepan yang menjadi model adalah perpustakaan digital ditengah
perpustakaan tradisional. Kolaborasi antara perpustakaan tercetak dengan perpustakaan digital
disebut Perpustakaan Hibrida. Artinya perpustakaan yang koleksi bahan tercetaknya masih
dipertahankan dan koleksi digital yang berbasis teknologi informasi harus diadakan. Perlu
diingat secanggih apapun teknologi informasi itu tetap dioperasikan oleh manusia sebagai
brainware nya. Kehadiran teknologi informasi perlu disikapi dengan arif dan bijaksana
mengingat dampak yang ditimbulkannya. Sering kali kehadiran teknologi informasi justru dapat
menghambat pelayanan di perpustakaan. Teknologi informasi termasuk investasi yang mahal,
untuk itu menjadi tantangan para pustakawa untuk memenuhi tuntutan dan kebutuhan
pemustaka yang beraneka ragan dan dinamis.