Pendahuluan
Suatu
jasa perpustakaan dipandang bermutu jika mampu memberikan sistem
layanan yang cepat, tepat dan akurat akan informasi yang diperlukan
user. Selain itu, mutu sebuah perpustakaan juga dapat dilihat dari
tertib administrasinya. Adapun salah satu bentuk tertib administrasi
adalah adanya mekanisme kerja yang efektif dan efisien, baik secara
vertikal maupun horizontal (Sudarwan Danim, 2006: 53).
Mutu adalah sebuah proses terstruktur untuk memperbaiki keluaran yang
dihasilkan. Menurut Stephen Uselac, yang dimaksud mutu bukan hanya
produk dan jasa saja, namun juga mencakup proses, lingkungan dan
manusia. Jadi, mutu dapat didefinisikan sebagai suatu kondisi yang
berhubungan dengan produk, jasa, proses, lingkungan dan manusia untuk
memperbaiki keluaran yang dihasilkan guna memenuhi kebutuhan pelanggan
(Fandy Tjiptono, 2003: 3).
Pada dasarnya manajemen mutu dapat didefinisikan sebagai suatu cara
meningkatkan performance secara terus-menerus (continues performance
improvement) pada setiap level operasi atau proses, dalam setiap area
fungsional dari suatu organisasi, dengan menggunakan SDM dan modal yang
tersedia (Vincent Gaspersz, 2001: 6).
Sistem adalah sebuah kesatuan yang utuh dengan bagian-bagiannya yang
tersusun secara sistematis, yang mempunyai relasi satu dengan yang
lain, dan yang sesuai dengan konteksnya. Jadi, ciri-ciri sistem ialah:
merupakan suatu kebulatan, mempunyai bagian-bagian yang disebut sub
sistem, bagian-bagian tersebut mempunyai relasi satu dengan yang lain,
serta selalu berada pada konteksnya yaitu lingkungannya atau latar
belakangnya (Made Pidarte, 1988: 25).
Sistem manajemen mutu adalah sistem yang digunakan untuk menetapkan
kebijakan (pernyataan resmi oleh manajemen puncak berkaitan dengan
perhatian dan arah organisasinya dibidang mutu) dan sasaran mutu (segala
sesuatu yang terkait dengan mutu dan dijadikan sasaran atau target
pencapaian dengan menetapkan ukuran atau kriteria pencapaiannya).
Pengembangan perpustakaan berbasis mutu merupakan suatu upaya yang
harus secara terus menerus dikembangkan. Hal tersebut penting dilakukan
karena perpustakaan merupakan institusi vital yang berkaitan dengan
pengembangan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM).
Mencermati perihal tersebut, terdapat indikasi bahwa kebutuhan dan
keunggulan suatu bangsa juga ditentukan oleh kualitas perpustakaan yang
ada, karena kemajuan SDM juga dipengaruhi oleh bagaimana tingkat
kemajuan institusi perpustakaannya.
Selanjutnya tingkat kemajuan suatu perpustakaan diperlukan manajemen
yang digunakan untuk menstandardisasi upaya organisasi dalam mencapai
kualitas, yang dalam hal ini kualitas atau mutu diterjemahkan sebagai
kemampuan dalam mencapai tujuan yang direncanakan (fit to the purposes).
Sistem manajemen yang dimaksud merupakan manajemen yang dikeluarkan
oleh organization for standardization yang dikenal dengan nama ISO 9001.
ISO 9001 merupakan standar mutu yang sangat populer diseluruh dunia.
ISO 9001 adalah suatu standar internasional untuk sistem manajemen mutu.
Standar tersebut menetapkan persyaratan-persyaratan dan rekomendasi
yang mendasar bagi organisasi apapun yang berminat untuk menerapkan
standar ini.
Berdasarkan paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa ISO 9001 dapat
diartikan sebagai standar sistem manajemen mutu yang mengelola proses
pencapaian mutu. Sistem tersebut mengatur hubungan antara suplier,
perusahaan, dan konsumen. Dengan demikian, sistem manajemen mutu ISO
9001 sama sekali tidak berbicara tentang mutu suatu produk, tetapi
berbicara tentang proses pencapaian suatu tingkat mutu tertentu. Hal ini
mengisyaratkan bahwa institusi jasa perpustakaan yang akan mengadopsi
sistem tersebut perlu menetapkan spesifikasi atau persyaratan atau
karakteristik mutu produk dan prosesnya.
Sistem manajemen mutu ISO 9001 mencakup elemen-elemen, yaitu: tujuan
(objectives), pelanggan (customers), hasil-hasil (outputs),
proses-proses (processes), masukan-masukan (inputs), pemasok-pemasok
(suppliers), dan pengukuran untuk umpan balik dan umpan maju
(measurements for feedback and feedforward) (Vincent Gaspersz, 2001:
268).
Pentingnya ISO 9001: 2000 dalam Perpustakaan
Secara
historis, perpustakaan merupakan institusi yang dikembangkan untuk
menyediakan sumber-sumber informasi dengan jasa non nirlaba guna
membantu mensukseskan sistem pendidikan nasional. Perpustakaan
diharapkan dapat menyediakan layanan pendidikan yang tidak dapat
dilakukan oleh keluarga dan masyarakat. Sehingga melalui berbagai
informasi yang tersedia di perpustakaan, masyarakat diharapkan dapat
memiliki kemampuan dan terbebaskan dari keterbelakangan informasi dan
ilmu pengetahuan yang telah berkembang.
Penilaian terhadap kelayakan dan kinerja yang dilakukan secara
terus-menerus dalam rangka melakukan secara berkesinambungan perbaikan
dan peningkatan mutu perpustakaan tidak dapat dilepaskan dengan
manajemen, khususnya manajemen mutu perpustakaan. Semua fungsi manajemen
yang dijalankan oleh kepala perpustakaan diarahkan untuk memberi
kepuasan kepada user. Semua ini dilaksanakan agar penyelenggara
perpustakaan dapat memberi jaminan kepada para pemustakanya bahwa jasa
yang disediakannnya adalah jasa layanan yang bermutu.
ISO 9001: 2000 dalam lembaga jasa seperti perpustakaan dikembangkan
berdasarkan pada suatu model proses dengan menggunakan delapan prinsip
manajemen mutu yang menunjang suatu evolusi menuju lembaga perpustakaan
yang baik dan dengan menekankan pada kepuasan pemustaka (http://sulipan.com/index.php?option=com).
Delapan prinsip manajemen mutu pada perpustakaan yang dapat menunjang
atau memfasilitasi suatu bentuk menuju sistem layanan yang baik itu
adalah sebagai berikut:
1. Berfokus kepada pelanggan (customer focus). Sebuah institusi
perpustakaan sangat tergantung kepada pemustakanya, sehingga manajemen
sebuah lembaga perpustakaan perlu mengerti kebutuhan pemustaka saat ini
dan kebutuhan mendatang. Selanjutnya institusi perpustakaan juga harus
dapat memenuhi kebutuhan dan berjuang untuk melampaui harapan pemustaka.
2. Kepemimpinan (leadership). Seorang kepala perpustakaan harus
menetapkan tujuan dan arah institusi perpustakaan. Mereka harus
menciptakan dan memelihara suatu lingkungan kerja yang baik di mana
semua personel dapat terlibat penuh dalam mencapai tujuan-tujuan
organisasi.
3. Keterlibatan semua orang (involvement of people). Personel
disetiap tingkatan adalah hal yang penting dari suatu institusi
perpustakaan dan keterlibatan kemampuan mereka dapat bermanfaat bagi
perpustakaan.
4. Pendekatan proses (proses approach). Hasil yang diinginkan dapat
dicapai dengan lebih efisien ketika kegiatan dan sumber data yang ada
dikelola sebagai suatu proses.
5. Manajemen dengan pendekatan sistem (system approach to
management). Mengidentifikasi, mengerti, dan menangani semua proses yang
berhubungan sebagai suatu sistem yang dapat memberi kontribusi pada
efektivitas dan efisiensi organisasi dalam mencapai tujuan-tujuannya.
6. Peningkatan berkelanjutan (continual improvement). Peningkatan
berkelanjutan dari performa keseluruhan lembaga perpustakaan harus
menjadi tujuan tetap dari organisasi.
7. Pendekatan fakta untuk pengambilan keputusan (factual approach to
decision making). Keputusan yang efektif dalam lembaga perpustakaan
didasarkan pada analisis data dan informasi untuk menghilangkan akar
penyebab masalah, sehingga masalah-masalah mutu dapat terselesaikan
secara efektif dan efisien.
8. Relasi dengan pemasok yang saling menguntungkan (mutually
beneficial supplier relationships). Lembaga perpustakaan dan para
pemasoknya merupakan hubungan yang saling bergantung dan saling
menguntungkan sehingga dapat memperkuat kemampuan keduanya untuk
menciptakan nilai tambah (Mulyono, 2008: 309-312).
Berdasarkan perihal tersebut, maka sistem manajemen mutu dianggap
sangat penting dalam dunia perpustakaan karena perpustakaan adalah
sebuah wadah atau institusi penyedia sumber-sumber informasi dan sarana
belajar masyarakat. Apabila sistem manajemen mutu bertujuan untuk
memiliki relevansi terhadap perpustakaan, maka ia harus memberi
penekanan pada penyediaan mutu layanan terhadap tiap-tiap pemustakanya.
Sehingga lembaga perpustakaan dapat dikatakan berhasil dalam memberi
kepuasan kepada pemustakanya (Edward Sallis, 2008: 86).
Kepuasan pelanggan telah menjadi konsep sentral dalam wacana bisnis
dan manajemen. Organisasi bisnis dan non bisnispun berlomba-lomba
mencanangkannya sebagai salah satu tujuan strategiknya, misalnya melalui
slogan-slogan seperti: “pelanggan adalah raja”, Kepuasan anda adalah
tujuan kami dan sejenisnya.
Semua organisasi yang ingin mempertahankan keberhasilannya harus
berobsesi pada mutu (Usman Husaini, 2006: 460). Mutu harus sesuai dengan
persyaratan yang diinginkan pelanggan. Mutu adalah keinginan pelanggan
bukan keinginan perpustakaan. Tanpa mutu yang sesuai dengan keinginan
pelanggan, perpustakaan akan kehilangan pemustakanya yang berakibat
bubarnya perpustakaan tersebut. Oleh karena itu, sistem manajemen mutu
sangatlah diperlukan dalam dunia perpustakaan.
Persyaratan ISO 9001: 2000 Dalam Perpustakaan
Pada prinsipnya
terdapat 20 persyaratan atau pasal yang harus dipenuhi dalam sistem
manajemen mutu ISO 9001: 2000, diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Tanggung Jawab Manajemen
Pimpinan dengan
tanggung jawab tingkat eksekutif harus menetapkan dan mendokumentasikan
kebijakan mutu termasuk sasaran mutu dan komitmen mutu. Kebijakan mutu
harus relevan dengan tujuan organisasi dan sesuai dengan harapan serta
kebutuhan pelanggan.
b. Sistem Kualitas
Organisasi harus menetapkan,
mendokumentasikan dan memelihara sistem kualitas sebagai sarana untuk
menjamin agar produk yang dihasilkan sesuai dengan persyaratan yang
telah ditentukan. Organisasi harus menyiapkan manual kualitas yang
memuat atau dapat menjadi pedoman untuk prosedur sistem kualitas dan
menggambarkan struktur pendokumentasian yang dikembangkan dalam sistem
kualitas.
c. Tinjauan Kontrak
Suatu organisasi harus
menetapkan dan memelihara prosedur tertulis untuk melaksanakan tinjauan
kontrak dan untuk melakukan koordinasi kegiatan tersebut.
d. Pengendalian Desain
Suatu organisasi harus
menetapkan dan memelihara prosedur tertulis untuk mengendalikan dan
melakukan verifikasi terhadap desain produk agar dapat dijamin semua
persyaratan yang telah ditentukan dipenuhi.
e. Pengendalian Dokumen Data
Suatu organisasi
harus menetapkan dan memelihara prosedur tertulis untuk mengendalikan
semua dokumen dan data yang berkaitan dengan persyaratan standar
internasional ISO 9001: 2000. Dokumen dan data dapat dibuat dalam
berbagai bentuk jenis media.
f. Pembelian
Suatu organisasi harus menetapkan
dan memelihara prosedur tertulis untuk menjamin bahwa produk yang dibeli
sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan.
g. Pengendalian produk milik pelanggan
Organisasi
harus menetapkan dan memelihara prosedur terdokumentasi untuk
mengendalikan dan melakukan verifikasi, penyimpanan, dan pemeliharaan
produk yang dipasok oleh pelanggan untuk dicampur dengan bahan milik
organisasi. setiap produk yang hilang, rusak atau karena sesuatu hal
tidak layak dipakai, harus direkam dan dilaporkan kepada pelanggan.
h. Identifikasi dan kemampuan telusur produk
Apabila
dapat dilakukan, organisasi harus menetapkan dan memelihara prosedur
tertulis untuk identifikasi produk dengan tata cara yang layak sejak
tahap penerimaan, selama tahap produksi hingga pengiriman dan instalasi.
Bila tingkat kemampuan telusur merupakan persyaratan yang ditentukan,
maka organisasi harus menetapkan dan memelihara prosedur tertulis untuk
identifikasi yang bersifat unik terhadap produk secara individual atau
secara kelompok.
i. Pengendalian proses
Organisasi harus
mengidentifikasi dan merencanakan proses-proses produksi, instalasi dan
pelayanan yang secara langsung dapat mempengaruhi mutu, dan harus
menjamin agar proses-proses ini dilaksanakan pada kondisi terkendali.
Apabila proses tidak sepenuhnya dapat diverifikasi melalui inspeksi dan
pengujian secara berurutan pada produk, maka proses harus dilakukan oleh
operator yang memiliki kualifikasi atau harus dilakukan pemantauan
secara ketat dan terus menerus guna menjamin persyaratan yang telah
ditentukan dapat terpenuhi. Rekaman data untuk proses, alat, personil
yang berkualifikasi harus dicatat.
j. Inspeksi dan pengujian
Organisasi harus
menetapkan dan memelihara prosedur terdokumentasi untuk kegiatan
inspeksi dan pengujian untuk memverifikasi bahwa persyaratan yang telah
ditentukan untuk suatu produk itu dipenuhi. Inspeksi dan pengujian yang
diperlukan dan rekaman yang harus diadakan, harus dirinci dalam bagan
mutu atau prosedur tertulis.
k. Pengendalian alat inspeksi, alat ukur dan alat uji
Organisasi
harus membuat dan memelihara prosedur tertulis untuk mengendalikan dan
memelihara alat inspeksi, alat ukur, dan alat uji yang digunakan
organisasi untuk unjuk kesesuaian produk terhadap persyaratan yang telah
ditentukan. Apabila informasi data teknis tentang alat inspeksi, alat
ukur. Alat uji merupakan persyaratan yang telah ditentukan, maka
informasi tentang data itu harus disediakan apabila diminta oleh
pelanggan untuk keperluan verifikasi bahwa alat-alat yang digunakan
tersebut berfungsi baik.
l. Status hasil inspeksi dan pengujian
Status
inspeksi dan pengujian produk harus diidentifikasi dengan sarana yang
sesuai sehingga menunjukan kesesuaian dan ketidaksesuaian produk dalam
inspeksi dan pengujiannnya. Identifikasi dari status inspeksi yang diuji
harus dipelihara seperti yang telah ditentukan dalam rencana mutu atau
prosedur tertulis lainnya, selama produksi, instalasi dan pelayanan
produk untuk memastikan bahwa hanya produk yang telah lulus inspeksi dan
pengujian yang dikirim, dipakai, atau dipasang.
m. Pengendalian produk yang tidak sesuai
Organisasi
harus menetapkan dan memelihara prosedur tertulis untuk menjamin produk
yang tidak sesuai dihindari dari pemakaian atau instalasi yang tidak
direncanakan. Pengendalian ini harus meliputi identifikasi dokumentasi,
evaluasi, pemisahan, disposisi produk yang tidak sesuai, dan
pemberitahuan kepada fungsi-fungsi yang bersangkutan.
n. Tindakan koreksi dan pencegahan
Organisasi
harus menetapkan dan memelihara prosedur tertulis untuk melaksanakan
tindakan koreksi dan pencegahan. Suatu tindakan koreksi atau pencegahan
yang telah diambil untuk menghilangkan penyebab ketidaksesuaian yang
sebenarnya atau yang bersifat potensial harus sesuai dengan tingkat
keseriusan dan resiko yang dihadapi. Organisasi harus melaksanakan dan
mencatat setiap perubahan pada prosedur yang telah terdokumentasi
sebagai hasil dari tindakan koreksi dan pencegahan yang dilakukan.
o. Penanganan, penyimpanan, pengemasan dan pengiriman
Organisasi
harus menetapkan dan memelihara prosedur tertulis untuk penanganan,
penyimpanan, pengemasan, pengawetan, dan pengiriman produk.
p. Pengendalian rekaman kualitas (mutu).
Rekaman
mutu harus dipelihara untuk membuktikan kesesuaian terhadap persyaratan
yang telah ditentukan dan berjalannya sistem mutu secara efektif.
Rekaman mutu yang sesuai dari subkontraktor harus merupakan bagian dari
data. Semua rekaman mutu harus mudah dibaca dan harus disimpan serta
dipelihara sedemikian rupa hingga dapat dengan mudah dicari dan
ditelusuri dalam tempat penyimpanannya yang layak dan aman untuk
menghindari kerusakan, kehancuran atau kehilangan. Masa simpan rekaman
mutu harus ditetapkan dan dituangkan dalam dokumentasi. Jika telah
disepakati dalam kontrak, maka rekaman harus disediakan untuk penilaian
oleh pelanggan untuk suatu waktu yang telah disepakati.
q. Audit kualitas internal
Audit kualitas
internal adalah suatu pemeriksaan yang bersifat independen dan dilakukan
secara sistematis untuk menentukan apakah sistem manajemen mutu dan
hasil penerapan sistem tersebut sesuai dengan perencanaan dan pengaturan
yang telah ditetapkan dan apakah perencanaan dan pengaturan itu
dilaksanakan secara efektif dan mencapai sasaran-sasaran yang telah
ditetapkan.
r. Pelatihan
Suatu organisasi harus menetapkan
dan memelihara prosedur tertulis untuk identifikasi kebutuhan pelatihan
dan penyediaan pelatihan bagi semua personil yang melakukan kegiatan
yang mempengaruhi mutu. Personil yang bertugas khusus harus
dikualifikasi atas dasar pendidikan, pelatihan, dan atau pengalaman yang
sesuai menurut kebutuhan. Rekaman data yang sesuai dari pelatihan harus
dipelihara.
s. Pelayanan
Jika pelayanan merupakan persyaratan
yang telah ditentukan, maka organisasi harus menetapkan dan memelihara
prosedur tertulis untuk melaksanakan verifikasi dan pelaporan bahwa
pelayanan memenuhi persyaratan yang telah ditentukan.
t. Teknik statistik
Organisasi harus
mengidentifikasi kebutuhan terhadap teknis statistik yang diperlukan
untuk menetapkan, mengendalikan dan verifikasi kemampuan proses dan
karakteristik produk. Prosedur tertulis digunakan untuk menerapkan dan
mengendalikan penerapan statistik yang telah diidentifikasi (Zulian
Yamit, 2001: 153-169).
Keduapuluh persyaratan tersebut di atas dapat dilihat dalam berbagai
aspek, baik itu dari sisi proses dan produknya, maupun dilihat dari
aspek internal dan eksternal dalam proses maupun produk tersebut.
Berdasarkan penjelasan keduapuluh persyaratan di atas, maka sistem
manajemen mutu ISO 9001: 2000 merupakan standar yang paling
komprehensif. Organisasi yang produknya melalui tahapan perancangan,
produksi, instalasi, dan pelayanan jasa sangat memerlukan standar ini.
Memahami persyaratan sistem manajemen mutu ISO 9001: 2000 merupakan
kunci sukses menuju keberhasilan dari suatu proses dokumentasi. Setelah
dokumen disahkan, maka apa yang tertulis dalam dokumen tersebut
diterapkan dalam perusahaan atau organisasi (dalam hal ini adalah
lembaga perpustakaan) yang dinamakan penerapan sistem manajemen mutu ISO
9001: 2000.
Tahapan Penerapan ISO 9001: 2000 dalam Institusi Perpustakaan
Langah awal dalam penerapan ISO 9001:2000 pada institusi perpustakaan
adalah komitmen manajemen puncak yang kemudian diikuti dengan
menciptakan suatu struktur personil untuk merencanakan dan mengawasi
penerapannya. Selanjutnya dibentuk tim penerapan ISO 9001 tingkat
manajemen puncak. Tim ini dapat pula disebut “Panitia Pengarah Mutu”.
Kemudian setelah panitia pengarah mutu yang semua anggotanya harus
mengerti betul tentang unsur-unsur proses ditempatnya bekerja. Tim
pelaksana mutu menerapkan unsur utama usaha dalam penerapan sistem
manajemen mutu ISO 9001: 2000 (Zulian Yamit, 2001: 103).
1. Persiapan
Tahap persiapan ini berisikan segala
bentuk persiapan yang perlu dilakukan, mulai dari seleksi konsultan
untuk mendiagnostik sistem organisasi hingga menyusun program kerja.
2. Penyusunan dan Pengesahan Dokumen
Tahapan ini
sangat penting dalam penerapan sistem manajemen mutu. Kebijakan mutu
merupakan pernyataan dari top management tentang komitmennya terhadap
mutu. Kebijakan mutu ini harus dipahami dan dimengerti oleh setiap staf
perpustakaan.
Pada tahap ini dirasakan sebagai tahap yang cukup berat bagi
institusi perpustakaan maupun staf layanan. Semua departemen atau bagian
layanan akan mendapat tugas menyusun dokumen sesuai dengan tugas dan
fungsi masing-masing dan harus berpedoman pada persyaratan yang
diberikan dalam sistem manajemen mutu. Setelah dokumen disusun, maka
diadakan pengesahan dokumen yang itu merupakan prosedur operasional
standar (POS). Isi dokumen mutu ISO 9001:2000 adalah sebagai berikut:
a. Kebijakan mutu
Kebijakan mutu adalah suatu maksud atau arahan secara menyeluruh sebuah organisasi tentang mutu.
b. Sasaran mutu
Sasaran mutu adalah sesuatu yang dicari atau
dituju, berkaitan dengan mutu. Susunan kalimat dalam menyusun mutu harus
SMART (Specific, Measurable, Achievable, Realistic, and Time Frame).
c. Pedoman Mutu
Pedoman mutu adalah dokumen yang merincikan sistem manajemen mutu organisasi sesuai persyaratan standar ISO 9001: 2000.
d. Prosedur Operasional Standar (POS)
POS adalah cara-cara
tertentu untuk melaksanakan suatu kegiatan organisasi yang disesuaikan
dengan tuntutan dari setiap elemen ISO 9001:2000.
e. Instruksi Kerja (IK)
IK adalah tata kerja yang memerinci
aktifitas secara spesifik untuk suatu proses. Instruksi kerja ini harus
dibuat jika ketiadaannya dapat mempengaruhi mutu.
f. Formulir/Rekaman
Formulir merupakan sarana dalam operasi mutu
sehari-hari, sedangkan rekaman merupakan bukti dilakukannya aktivitas
mutu yang ditentukan.
3. Penerapan
Setelah semua dokumen sistem
manajemen mutu selesai disusun dan disahkan, maka saatnya untuk
menerapkan semua sistem dokumentasi mutu tersebut. Pada tahap ini,
tanggung jawab tiap staf layanan/karyawan sangat penting, karena tiap
staf/karyawanlah yang menjalankan sistem tersebut.
Jika terjadi beberapa proses yang tidak sesuai dengan prosedur yang
telah disusun, maka akan mempengaruhi organisasi atau perusahaan dalam
memperoleh sertifikat. Jika tidak diadakan tindakan koreksi atau
pencegahan, kemudian menjadi temuan ketika dilaksanakan sertifikasi oleh
badan sertifikasi, maka akan mengurangi performance organisasi atau
institusi perpustakaan.
Sebelum diadakan sertifikasi oleh badan sertifikasi, organisasi harus
melakukan audit mutu internal, yang berarti harus membentuk tim audit.
Tim ini bertugas untuk memastikan bahwa yang ditulis memang telah
dilaksanakan dengan bukti tertulis berupa catatan-catatan (rekaman
mutu). Hasil dari audit berupa temuan-temuan ketidaksesuaian atau
pertimpangan. Tim audit akan melaporkan hasil temuannya kepada manajemen
untuk diambil tindakan koreksi dan pencegahan (corrective and
preventive action).
Proses penerapan sistem manajemen mutu ISO 9001: 2000 pada institusi perpustakaan secara rinci dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Presentasi proposal kepada tim manajemen.
2. Pembentukan Steering Commitee dan tim kerja sistem manajemen mutu ISO 9001:2000.
3. Pelatihan kesadaran mutu pada tim kerja sistem manajemen mutu ISO
4. Sosialisasi kesadaran mutu
5. Penyusunan kebijakan mutu dan sasaran mutu
6. Penyusunan pedoman mutu, prosedur dan instruksi kerja
7. Pelaksanaan, evaluasi, dan revisi dokumen
8. Pengesahan dokumen mutu
9. Penetapan pelaksanaan sistem manajemen mutu
10. Sosialisasi pelaksanaan secara internal dan eksternal
11. Pelatihan audit internal
12. Pelaksanaan audit internal
13. Pelaksanaan rapat tinjauan manajemen (RTM)
14. Pelaksanaan pre-audit oleh lembaga sertifikasi
15. Penyempurnaan dan revisi dokumen dan sistem
16. Final audit sertifikasi oleh lembaga, sertifikasi dan ,
17. Pencegahan sertifikat sistem manajemen mutu ISO 9001:2000
4. Sertifikasi
Setelah dilakukan audit internal,
organisasi harus yakin bahwa sistem telah berjalan sesuai dengan standar
ISO 9001 dan aplikasinya siap untuk diaudit oleh badan sertifikasi.
Badan sertifikasi akan meninjau semua dokumen yang ada dan dibandingkan
dengan ketentuan dalam ISO 9001:2000. Kemudian membandingkan semua
prosedur yang telah ditulis dengan penerapannya di lapangan.
Sertifikasi sistem manajemen mutu ISO 9001:2000 dapat diterima dengan
mudah dari badan sertifikasi jika segala ketentuan dan persyaratan
dalam sistem manajemen mutu ISO 9001:2000 telah terpenuhi dan dari
lembaga penilai dinyatakan layak untuk mendapatkan sertifikat. Terdapat
manfaat dari penerapan ISO 9001: 2000 pada institusi perpustakaan,
antara lain:
a) Meningkatkan kepercayaan dan kepuasan pemustaka melalui jaminan
mutu yang terorganisasi dan sistematik. Proses dokumentasi dalam ISO
9001: 2000 menunjukan bahwa kebijakan, prosedur, dan instruksi yang
berkaitan dengan mutu telah direncanakan dengan baik.
b) Institusi perpustakaan yang telah bersertifikat ISO 9001:2000
diijinkan untuk mengiklankan pada media masa bahwa sistem manajemen mutu
dari institusi perpustakaan tersebut telah diakui secara internasional.
Hal ini berarti meningkatkan image institusi perpustakaan serta daya
saing dalam memasuki pasar global.
c) Audit sistem manajemen mutu dari sebuah institusi perpustakaan
yang telah memperoleh sertifikat ISO 9001:2000 dilakukan secara periodik
oleh registrar dari lembaga registrasi, sehingga pelanggan tidak perlu
melakukan audit sistem mutu. Jadi, dapat menghemat biaya dan mengurangi
duplikasi audit sistem mutu oleh pelanggan.
d) Institusi perpustakaan yang telah memperoleh sertifikat ISO
9001:2000 secara otomatis terdaftar pada lembaga registrasi, sehingga
apabila pelanggan potensial ingin mencari pemasok bersertifikat ISO
9001:2000, akan menghubungi lembaga registrasi.
e) Meningkatkan mutu dan produktifitas dari manajemen melalui
kerjasama dan komunikasi yang lebih baik, sistem pengendalian yang
konsisten, serta pengurangan dan pencegahan pemborosan karena operasi
internal menjadi lebih baik.
f) Meningkatkan kesadaran mutu dalam institusi.
g) Memberikan training secara sistematik kepada seluruh karyawan dan
manajer organisasi melalui prosedur-prosedur dan instruksi-instruksi
yang terdefinisi secara baik.
h) Terjadi perubahan positif dalam hal kultur mutu dari anggota
organisasi atau dalam sebuah institusi, karena manajer/pimpinan dan
karyawan terdorong untuk mempertahankan sertifikat ISO 9001:2000 yang
umumnya hanya berlaku selama tiga tahun dan tiap tahun sekali diadakan
surveillance oleh badan sertifikasi (Vincent Gaspersz, 2001:17).
Kesimpulan
Penerapan sistem manajemen mutu ISO
9000 dalam dunia perpustakaan merupakan suatu proses berkesinambungan
dan membutuhkan dukungan dari semua pihak dalam lembaga perpustakaan
tersebut. Manajemen puncak (top management) dalam pelaksanaan penerapan
sistem manajemen mutu ISO 9000 diharuskan cukup aktif dan selalu
mendorong anak buahnya untuk dapat menjalankan sistem manajemen mutu
dengan sebaik-baiknya dan selalu ada dalam proses.
Penerapan sistem manajemen mutu ISO 9000 dalam dunia pendidikan bukan
bertujuan untuk memperoleh sertifikat. Oleh karena itu, sangatlah
keliru jika lembaga perpustakaan menerapkan sistem tersebut hanya
bertujuan untuk mendapatkan sertifikat. Hal yang lebih penting dan harus
dipertahankan bahkan ditingkatkan oleh lembaga pendidikan yang
menerapkan sistem manajemen mutu ISO 9001:2000 tersebut adalah komitmen
lembaga pendidikan terhadap mutu jasa kepada pelanggan, dan improvement
proses operasi.
Daftar Pustaka
Danim, Sudarwan, 2006. Visi Baru Manajemen Sekolah :Dari Unit Birokrasi ke Lembaga Akademik, Jakarta: Bumi Aksara.
Gaspersz, Vincent, 2001. Total Quality Manajement, Jakarta: Pustaka Utama.
Indranata, Iskandar, 2006, Terampil dan Sukses Melakukan Audit Mutu Internal ISO 9001:2000, Bandung: Alfabeta.
Mulyono, 2008, Manajemen Administrasi dan Organisasi Pendidikan, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Pidarta, Made, 1988, Manajemen Pendidikan Indonesia, Jakarta: Bina Aksara.
Qomar, Mujamil, 2007, Manajemen Pendidikan Islam : Strategi Baru Pengelolaan Lembaga Pendidikan Islam, Jakarta: Erlangga.
Said, Moh, 2007, Buku Panduan ISO 9001: 2000, Kudus: BPPMNU Banat.
Sallis, Edward, 2008, Total Quality Management (TQM), Yogyakarta: Andi Offset.
Tjiptono, Fandy dan Candra, G., 2005, Service Quality & Statisfaction, Yogyakarta: Andi Offset.
Usman, Husaini, 2006, Manajemen: Teori, Praktik dan Riset Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara.
Yamit, Zuliana, tt, Manajemen Kualitas Produk dan Jasa, Yogyakarta: tp.
Tuesday, November 20, 2012
Implementasi Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2000 pada Perpustakaan
4:48 PM
No comments
0 comments:
Post a Comment